Buleleng Borong 13 Penghargaan di Utsawa Dharma Gita Bali ke-32
Denpasar – Kabupaten Buleleng kembali menorehkan prestasi gemilang di ajang Utsawa Dharma Gita (UDG) Provinsi Bali ke-32 Tahun 2025 yang digelar di Taman Budaya Art Center Denpasar pada 24–29 Oktober 2025. Melalui kekompakan dan dedikasi para peserta, Buleleng berhasil memboyong 13 penghargaan dari 16 jenis lomba yang diikuti. Prestasi ini menjadi bukti nyata komitmen Buleleng dalam melestarikan seni, budaya, dan spiritualitas Hindu Bali, sekaligus memperkuat peran masyarakat dalam menjaga nilai-nilai Dharma melalui tradisi lisan yang diwariskan secara turun-temurun.
Tahun ini, Utsawa Dharma Gita mengusung tema “Jagat Rt Permana Ning Bawana Pemuliaan Alam Semesta”, yang bermakna tentang pentingnya menjaga keseimbangan dan keharmonisan antara manusia dan alam semesta. Ajang yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kebudayaan ini menghadirkan sembilan kategori utama lomba, di antaranya membaca sloka, palawakya, kekawin, geguritan, kidung, menghafal sloka, Dharma Wiwada (debat keagamaan Hindu), Dharma Wacana Bahasa Bali, dan Dharma Wacana Bahasa Inggris. Kabupaten Buleleng menjadi salah satu peserta paling aktif dengan 28 utusan yang mengikuti 16 jenis lomba, hasil kolaborasi antara Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Widya Sabha Kabupaten dan Kecamatan, serta Kementerian Agama Kabupaten Buleleng.
Kepala Bidang Adat dan Tradisi Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Angga Prasaja, menyampaikan apresiasi tinggi atas kerja keras dan sinergi semua pihak yang berperan dalam capaian tersebut. “Kami mengucapkan terima kasih atas kolaborasi yang terjalin. Mudah-mudahan sinergi ini terus berlanjut dan semakin memperkuat semangat pelestarian Dharma Gita di Buleleng,” ujarnya di Singaraja, Kamis (30/10). Menurutnya, keberhasilan Buleleng meraih 13 penghargaan dari 16 lomba yang diikuti merupakan prestasi membanggakan, meski belum meraih posisi juara pertama. Capaian ini mencerminkan konsistensi dan semangat masyarakat Buleleng dalam melestarikan seni keagamaan Hindu yang menjadi kekayaan rohani dan budaya Bali.
Lebih lanjut, Angga menegaskan bahwa Dharma Gita bukan sekadar perlombaan atau seni suara, melainkan gema suci yang menumbuhkan nilai spiritual dan membangun peradaban Bali. “Dharma Gita bukan sekadar lantunan suara, tetapi gema suci yang membangun jiwa dan peradaban Bali. Melalui ajang ini, kami berharap generasi muda Buleleng semakin mencintai budaya, memiliki semangat bakti, dan rasa bangga terhadap jati dirinya sebagai orang Bali,” tutupnya. (Rim)


