Loading Now
×

Terbaru

Gaji Pertama Bupati dan Wabup Jembrana Disulap Jadi Booth Kontainer untuk Pedagang

upati Jembrana I Made Kembang Hartawan dan Wakil Bupati I Gede Ngurah Patriana Krisna mengambil langkah humanis dalam menata pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar.

Jembrana – Trotoar di Jembrana yang sebelumnya dipenuhi lapak pedagang kini mulai tertata. Bukan karena penggusuran, tetapi berkat cara unik yang dilakukan Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan dan Wakil Bupati I Gede Ngurah Patriana Krisna. Alih-alih menertibkan dengan cara keras, mereka memilih pendekatan yang lebih manusiawi: berdialog langsung dengan pedagang dan menawarkan solusi yang menguntungkan semua pihak.

Dengan pendekatan persuasif, Bupati Kembang dan Wabup Ipat mengajak para pedagang untuk pindah ke tempat yang lebih layak. Sebagai gantinya, mereka memberikan booth kontainer bekas dalam kondisi layak agar pedagang tetap bisa berjualan tanpa mengganggu ketertiban umum.

“Bagi pedagang kecil yang bersedia pindah dari trotoar, kami akan memberikan booth kontainer sesuai kebutuhan mereka,” ujar Bupati Kembang saat meninjau bantuan booth kontainer, Senin (17/3).

Menariknya, program bantuan ini tidak menggunakan anggaran daerah. Bupati Kembang dan Wabup Ipat menyumbangkan gaji pertama mereka untuk membeli booth kontainer. Mereka juga membuka peluang bagi badan usaha yang ingin berkontribusi melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).

“Program ini belum kami anggarkan secara resmi. Kami menggunakan gaji pertama kami untuk membantu para pedagang. Jika masih ada yang membutuhkan, gaji kedua kami pun siap digunakan, sambil mencari bantuan CSR,” tambahnya.

Salah satu pedagang yang menerima bantuan ini adalah Ni Ketut Sri Wahyuningsih, yang sebelumnya berjualan di trotoar di Lingkungan Pendem, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana. Setelah mendapat tawaran tempat yang lebih layak, ia dengan senang hati pindah dan menyambut baik program ini.

“Terima kasih kepada Bapak Bupati dan Wakil Bupati. Astungkara, sekarang saya bisa berjualan dengan lebih nyaman,” ungkap Ketut Sri dengan penuh syukur.

Pendekatan humanis ini menunjukkan bahwa menata kota tidak harus dengan cara represif. Dengan komunikasi yang baik, pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama menciptakan lingkungan yang lebih tertata tanpa mengorbankan mata pencaharian rakyat kecil. (imm)

Post Comment

Kabar Bali Terkini