Jegeg Bagus Buleleng 2025 Angkat Isu Pariwisata, Budaya, dan Mitigasi Bencana
Buleleng – Generasi muda Buleleng kembali menghadirkan sosok inspiratif. Putu Cista Pramitha Dewi dan Ketut Andika Pratama Dwi Payana, pasangan Jegeg dan Bagus Buleleng 2025, tampil dalam program Bincang Komunikasi (Bikom) di Buleleng Command Center Dinas Kominfosanti, Selasa (2/9). Keduanya berbagi perjalanan hingga dipercaya menjadi duta kebanggaan daerah, sekaligus menyuarakan gagasan untuk pariwisata, budaya, dan mitigasi bencana.
Bagi mereka, Jegeg Bagus bukan sekadar gelar, melainkan wadah untuk bergerak, bersuara, dan memberi manfaat bagi masyarakat. Andika memulai langkahnya dari ajang Putra Putri Semansa SMA Negeri 1 Singaraja hingga akhirnya terpilih sebagai Bagus Buleleng 2025 setelah melalui seleksi panjang sejak Desember 2024 dan Grand Final pada 22 Maret 2025.
“Awalnya hanya karena tanggung jawab, tapi semakin dijalani saya menemukan motivasi baru. Ternyata saya bisa, dan syukurnya diberi kesempatan menjadi Bagus Buleleng 2025,” ungkap Andika.
Sementara itu, Cista yang kini bersekolah di SMA Negeri Bali Mandara lebih dulu aktif di ajang Duta Anak Buleleng 2024 hingga dipercaya menjadi Duta Anak Bali Komisi Pendidikan. Pengalaman advokasi tersebut menjadi bekal penting saat dirinya melangkah ke ajang Jegeg Bagus.
“Saya ingin advokasi yang sudah saya jalankan bisa menjangkau lebih banyak orang. Jegeg Bagus Buleleng menjadi wadah tepat untuk itu,” ujarnya.
Perjalanan keduanya tidak lepas dari tantangan. Cista mengaku kesulitan membagi waktu antara sekolah, advokasi, dan seleksi. Namun dukungan guru dan teman sekolah menjadi kekuatan. Bagi Andika, tantangan terberat adalah menjaga energi sekaligus menghadapi ekspektasi tinggi sepanjang proses pemilihan.
Dalam bincang tersebut, keduanya sepakat bahwa pariwisata dan budaya adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. “Pariwisata kita lahir dari tradisi. Kalau ingin kembangkan pariwisata, budaya harus diperkuat dulu,” kata Andika.
Andika juga memaparkan program yang ia usung di ajang Jegeg Bagus Bali, yakni mitigasi bencana secara struktural. Program tersebut berupa pemasangan plang evakuasi, titik kumpul, hingga papan informasi di destinasi wisata rawan bencana seperti Air Terjun Gitgit dan Pantai Kerobokan.
“Tujuannya agar wisatawan tahu apa yang harus dilakukan ketika bencana terjadi. Jadi wisata di Buleleng tidak hanya indah, tapi juga aman,” jelasnya. Program ini bahkan berhasil meraih predikat Best Social Project di tingkat provinsi.
Adapun Cista lebih fokus pada mitigasi non-struktural berupa edukasi literasi bencana bagi anak-anak dan remaja. Edukasi ini dinilai penting karena Buleleng memiliki topografi rawan bencana. “Edukasi menjadi kunci agar masyarakat siap menghadapi bencana,” tegasnya.
Selain isu bencana, keduanya juga menyoroti pentingnya kesadaran lingkungan. Tren green tourism dan eco tourism, menurut mereka, semakin dekat dengan generasi muda. Kesadaran menjaga kebersihan dan kelestarian alam harus terus digencarkan.
Mereka juga menekankan bahwa budaya dan teknologi tidak boleh dipertentangkan. Promosi pariwisata melalui media sosial hingga modernisasi praktik budaya, seperti penggunaan QRIS untuk dana punia di pura, merupakan bentuk adaptasi yang relevan.
“Budaya dan modernisasi tidak bisa bertolak belakang, justru harus berjalan beriringan,” ujar Andika.
Dengan semangat tersebut, Cista dan Andika bertekad menjadi duta yang mampu menginspirasi. “Kami bukan hanya duta pariwisata, tapi juga pelopor bagi generasi muda Buleleng,” tutup Cista. (Rim)
Post Comment