Jumat Wuku Wayang Tidak Boleh Berkeramas dan Melukat, Kenapa?

Denpasar – Hari ini, Jumat Wuku Wayang (17/1), beberapa umat Hindu memegang keyakinan untuk tidak berkeramas atau melakukan ritual melukat. Tradisi ini didasarkan pada ajaran dalam Lontar Kala Tatwa yang menjelaskan fenomena khusus terkait Wuku Wayang.
Menurut Ida Pandita Kebayan, berdasarkan Lontar Kala Tatwa pada Wuku Wayang terjadi pertarungan antara Dewa Siwa dan Bhatara Kala. “Pada hari Jumat Wuku Wayang, kekuatan Bhatara Kala mencapai puncaknya bahkan mengungguli kekuatan Dewa Siwa. Kala tersebut menyusup ke dalam air, sehingga air pada hari ini dianggap leteh atau tidak suci,” jelas Ida Pandita Kebayan.
Lebih lanjut, Ida Pandita Kebayan menjelaskan bahwa aktivitas seperti berkeramas yang melibatkan penggunaan air pada kepala dapat memengaruhi ketenangan dan kesucian pikiran manusia. Oleh sebab itu, ada keyakinan umat Hindu untuk tidak berkeramas atau melukat pada hari ini sebagai bentuk penghormatan terhadap ajaran leluhur dan menjaga kesucian diri.
Sebagai langkah perlindungan, masyarakat Hindu Bali pada Jumat Wuku Wayang biasanya membuat Tapak Dara dari pamor di daun Tulak atau daun Pandan yang ditempatkan di tempat-tempat suci. Selain itu, Tapak Dara dari pamor sering dibuat di bagian dada sebagai simbol perlindungan dari pengaruh negatif Kala.
Ini adalah keyakinan dan oleh beberapa umat hindu dianggap Tradisi sebagai pengingat untuk selalu menjaga harmoni dan keselarasan dengan alam semesta, terutama pada hari-hari yang memiliki kekuatan spiritual tertentu seperti Jumat Wuku Wayang.
Masyarakat Bali yang menjalankan tradisi ini diharapkan dapat menjaga keharmonisan dengan lingkungan dan mengikuti ajaran leluhur demi kesejahteraan spiritual. Tapak Dara dan simbol-simbol perlindungan lainnya menjadi bagian penting dalam melindungi diri dari pengaruh negatif pada hari ini. (Adu)
Redaksi KabarBaliTerkini.Com Kontak : info@kabarbaliterkini.com WA : 0878-3382-2848
Post Comment