Ogoh-Ogoh Amuk Sang Wananing Bhuta Raja, Ekspresi Yowana Meliling terhadap Kerusakan Hutan
Tabanan – Sekaa Truna Tunas Mekar Banjar Meliling Kangin, Desa Meliling, Kecamatan Kerambitan, menampilkan Ogoh-Ogoh bertema lingkungan dalam perayaan Hari Raya Nyepi tahun ini. Dengan tajuk Amuk Sang Wananing Bhuta Raja, mereka menyuarakan kritik terhadap kerusakan alam melalui seni patung raksasa yang ikut berlaga di Festival Singasana II tahun 2025.
Arsitek Ogoh-Ogoh, I Gede Widiantara, menjelaskan bahwa karya ini menggambarkan penghuni hutan yang murka akibat ulah manusia. “Amuk berarti amarah, Wana artinya hutan, dan Bhuta Raja adalah pemimpin. Jadi, Ogoh-Ogoh ini melambangkan amarah penguasa hutan terhadap perusakan lingkungan yang terus terjadi,” jelasnya.
Selama tiga bulan, para pemuda ST Tunas Mekar Banjar Meliling Kangin bekerja keras menciptakan Ogoh-Ogoh bermuka gajah ini. Widiantara mengaku proses pembuatannya berjalan lancar tanpa kendala berarti. “Kami ingin karya ini menjadi pengingat bagi semua orang agar lebih peduli terhadap kelestarian lingkungan,” tambahnya.
Bendesa Adat Meliling, I Nyoman Sukarya, mengapresiasi semangat anak muda desanya yang terus berkarya. Ia bangga karena Ogoh-Ogoh dari Banjar Meliling Kangin kembali berlaga di ajang lomba. “Festival seperti ini harus tetap ada agar generasi muda memiliki wadah untuk menyalurkan kreativitasnya. Saya berharap pemerintah terus mendukung kegiatan seni dan budaya seperti ini,” ujarnya.
Dengan kritik sosial yang tajam, Ogoh-Ogoh Amuk Sang Wananing Bhuta Raja menjadi simbol perlawanan terhadap perusakan lingkungan dan refleksi bagi masyarakat untuk lebih menjaga alam. (Ar/Red)
Post Comment